Friday, August 21, 2009
Hikmah Malam Lailatul Qadar
Saudaraku, begitu besar kasih sayang yang diberikan Allah kepada hamba-Nya. Lihattlah kita, manusia, sebagai hamba-Nya dengan tabiat yang sering jatuh bangun dalam lumpur dosa. Namun Allah senantiasa mengasihi dengan memberi kita kemudahan-kemudahan untuk mensucikan diri dari karat-karat dosa dan kemaksiatan. Tak bisa dibayangkan, sebesar apa noda hitam kemaksiatan itu tergores dalam hati, apabila Allah tidak melimpahkan ampunan-Nya yang Maha Luas.
Ramadhan, merupakan salah satu sarana yang Allah berikan kepada kita memperoleh ampunan-Nya. Banyak sekali kelebihan-kelebihan yang Allah berikan kepada hamba-Nya melalui Ramadhan ini, sehingga wajar kalau Rasulullah mengekspresikan keutamaannya dengan perkataan “Apabila umat ini tahu apa yang ada dalam Ramadhan, niscaya mereka akan mengharapkan hal itu selam satu tahun penuh.” (HR Tabrani).
Bahkan salah satu malam yang diselimuti keberkahan hanya terdapat pada salah satu malam di bulan Ramadhan. Betapa agungnya Ramadhan sehingga tak ada selainnya yang mendapatkan malam mulia yang lebih baik dari seribu bulan. Rasulullah saw, bersabda, “Barangsiapa yang beribadah pada malam Lailatul Qadr, niscaya diampuni dosa-dosanya yang sudah lewat. (HR Bukhari dan Muslim)
Banyak penjelasan Rasulullah saw yang sampai pada kita tentang keutamaan-keutamaan malam yang penuh berkah ini. Sebagai malam yang terbaik dan paling barakah diantara malam yang ada, didalamnya Allah telah menjanjikan pada hambanya yang ikhlas dan berharap untuk mendapatkan perlindungan-Nya di hari akhir, akan melipatgandakan sampai 1000 bulan untuk amal-amalan kebaikan yang dilakukan pada malam ini.
Banyak sekali hadist yang menerangkan bahwa kaum muslim hendaklah mencari lailatul qadar diantara tanggal ganjil pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan (HR Bukhari) atau tujuh malam terakhir bulan itu (HR Bukhari). Tampaknya bagi kita tidak menjadi persoalan kapan lailatul qadar itu didatangkan, tetapi yang penting adalah menjemput kedatangannya pada setiap waktu dan mempersiapkan diri untuk itu. Mungkin lebih baik jika kita pusatkan perhatian pada kesiapan mental, kejernihan hati, ketulusan jiwa, keadilan pikiran, kepenuhan iman kita, serta totalitas iman dan kepasrahan jiwa kita kepada Allah Azza Wa Jalla.
Karena itulah, Ramadhan dengan lailatul Qadar-Nya sebagai media yang bisa mengantarkan kita pada kesucian. Adalah sangat disunahkan bagi kita untuk berusaha memperolehnya dengan memperbanyak ibadah dan amalan-amalan yang baik. Rasulullah, suatu ketika mengatakan “Barang siapa beramal pada malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka terampunilah dosa-dosanya yang telah lalu”. Tidak berlebihan memang, kalau Allah menamainya yang kebaikannya melebihi seribu bulan.
Tentu alangkah sombongnya manusia yang sangat membutuhkan pengampunan dari Allah atas perbuatan-perbuatan mereka yang banyak menyimpang, apabila mereka menyia-nyiakan kesempatan emas yang bersifat tak tentu akan mereka dapatkan di masa-masa yang akan datang. Siapa yang bisa menjamin bahwa usia kita akan sampai Ramadhan tahun-tahun yang akan datang. Oleh karena itu merupakan keharusan yang tidak bisa tidak bagi kita, untuk mengejarnya, sehingga janji-janji Allah yang telah ditaburkan itu benar-benar bisa kita dapatkan.
Berangkat dari sini, kita bisa menyikapinya dengan senatiasa mengoptimalkan ibadah kita di 10 malam terakhir dalam bulan yang penuh rahmat ini. Dengan begitu kita tidak khawatir akan terlepas dari malam lailatul qadar. Karena kita mencarinya hanya pada malam-malam tertentu.
Kemudian setelah paparan diatas, kita sebagai hamba Allah yang benar-benar memahami kebenaran kekuasaannya sadar bahwa usaha kita dalam mencari lailatul qadar ini adalah untuk membuktikan dan merealisasikan penghambaan kita kepada Allah Swt, sehingga hal itu mengingatkan kita, seharusnya kita bersama-sama mendekatkan diri kapanpun dan dimanapun, tanpa dibatasi ruang dan waktu. Semoga Allah Yang Maha Agung, memberi kesempatan kepada kita untuk mengecap, menikmati, dan melampaui malam lailatul qadar pada bulan Ramadhan ini dengan kesungguhan beribadah dan keikhlasan hati.
Saudaraku yang budiman, para ulama menerangkan bahwa hikmah disembunyikannya malam qadar, tidak ditegaskan malamnya, ialah supaya kita berusaha mencarinya, meningkatkan ibadah di setiap malam, membanyakkan doa semoga memperolehnya, sebagaimana yang dilakukan ulam salaf.
Saudaraku yang baik, Rasulullah SAW sengaja memperlihatkan keistimewaan yang ada pada malam kemuliaan (lailatul qadr) yang penuh berkah itu. Karena beliau tahu bahwa dahulu pernah ada seorang lelaki bani Israil yang selama 1000 bulan selalu memakai pedang berjuang dijalan Allah. Karena umur ummatnya tidak ada yang sepanjang itu, maka Allah menurunkan surat Al-Quran yang menerangkan mengenai malam kemuliaan itu: “Sesungguhnya kami menurunkannya (al-Quran) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemulian itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu penuh dengan kesejahteraan sampai terbit fajr” (Al Qadr 1-5).
Al Qadr berarti kemuliaan atau tempat kedudukan yang tinggi, atau dikatakan juga takdir (ketentuan) dan keduanya dianggap benar. Ia merupakan tempat menentukan segala urusan dalam setiap tahun, seperti firman Allah: “Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Quran pada suatu malam yang diberkati, dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah” (Ad Dukhan 3-4).
Seribu bulan lebih lamanya daripada 83 tahun (sepanjang umur manusia). Dan melakukan ibadah pada malam itu pahalanya setara dengan melakukan ibadah sepanjang masa. Tentu saja itu merupakan kemurahan. Oleh karena itulah Rasulullah menjadi orang yang paling antusias untuk melakukannya. Demi hal itu beliau melakukan i’tikaf di masjid, seraya melepaskan diri dari segala kesibukan dunia. Beliau bersabda: “Barang siapa melakukan ibadah pada malam kemuliaan karena iman dan mencari pahala, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni”.
Suatu hal yang perlu diperhatikan mengenai keistimewaan malam kemuliaan ini ialah, bahwa Allah memuliakan segenap manusia dengan cara menurunkan cahaya petunjuk pada malam itu. Karenanya, gelap kesesatan hilang sirna. Pada malam itu Allah menghidupkan hati manusia kalau mereka mau melakukan amal-amal yang saleh. Pada malam itu turun para malaikat dan termasuk juga Jibril.
Satu lagi keistimewaan malam kemuliaan tersebut ialah, kalau peristiwa turunnya malaikat Jibril kepada Rasulullah SAW membawa wahyu sudah berlalu, maka pada malam kemuliaan itu seakan-akan merupakan rekonstruksinya ataupun demi pembaharuan kesejahteraan bagi manusia. Apabila Jibril waktu itu turun dengan membawa wahyu dan syariat Islam, maka pada malam kemuliaan itu beliau turun lagi setelah mendapat izin dari Rabbnya untuk mengatur segala urusan yang berlaku setahun bagi penghuni bumi. Para malaikat pun ikut turun dengan membawa segenap kesejahteraan. Pada malam itu seolah-olah seluruh dunia tengah terjaga menyambut tanda-tanda kesejahteraan, kedamaian, kebajikan dan keselamatan.
Ini mendorong kita untuk menyuarakan kepada segenap dunia bahwa sesungguhnya agama kita dan misi atau risalah nabi kita, adalah agama dan misi kesejahteraan yang selalu diperbaharui setiap tahunnya.
Malam kemuliaan merupakan karunia yang tiada duanya. Siapapun yang sampai terlambat memanfaatkannya, maka sama halnya ia telah berlaku aniaya terhadap dirinya sendiri. Karena istrinya Aisyah ra, Rasulullah SAW pernah memberikan wasiat:
“Apabila kamu mendapati malam itu (lailatul qadr), maka bacalah do’a ini: Allahumma innaka ‘afqun tuhibbul ‘afwa fa’annii. (Ya Allah, sesungguhnya Engkau maha pengampun, Engkau suka mengampuni, maka ampunilah aku)” (HR Tarmidzi).
Do’a tersebut mencakup segala kebajikan. Masalahnya kalau orang sudah diberikan ampunan, maka jiwa dan raganya akan terpelihara. Ia pun akan dipelihara dari hisab (perhitungan amal) dan siksa, sehingga ia akan memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
Rasulullah SAW sudah menjelaskan kepada para sahabatnya mengenai tanggal dari pada malam lailatul qadr tersebut, yakni disekitar bilangan sepuluh hari yang terakhir pada bulan Ramadhan. Agaknya masalah tersebut tidak perlu diperdebatkan, karena seluruh malam yang ganjil dari sepuluh malam terakhir, terdapat hadist yang memaparkan bahwa malam itu adalah lailatul qadr. Menurut pandangan kami (Athiyah Muhammad Salim), yang tepat ialah bahwa lailatul qadr itu tidak menentu dan berpindah-pindah.
“Ya Allah, tolonglah kami untuk bisa melakukan ibadah pada malam kemuliaan. Berikan kepada kami berkat kebajikannya. Ampunilah kami. Terimalah permohonan kami agar Engkau berkenan membebaskan kami semua dari siksa neraka. Sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang maha mendengar dan yang maha mengabulkan do’a. Semoga shalawat dan salam sejahtera Allah senantiasa terlimpah bagi hamba dan Rasul-Nya yang mulia Muhammad SAW”.
Rasulullah SAW bersabda: “Perangilah nafsu kamu dengan menahan lapar dan dahaga, karena pahalanya seperti pahala orang yang berjihad di jalan Allah dan tidak ada amalan yang disukai di sisi Allah daripada menahan lapar dan dahaga”. Wallahu a’lam.(*)
Fadhilat-Fadhilat Bulan Ramadhan
"Berpuasa pada bulan Ramadhan dan berpuasa sebanyak tiga hari pada setiap bulan akan menjauhkan fikiran jahat daripada hati dan membersihkannya."
Ramadhan menjenguk lagi. Dan sedari awal kedatangannya memang dinanti. Inilah masa yang paling sesuai untuk merebut ganjaran pahala yang berlipat kali ganda tanpa diganggu-gugat oleh syaitan dan iblis, hanya nafsu yang perlu dikawal. Setiap individu mempunyai cara yang tersendiri menyambut Ramadhan. Ada juga mukmin yang memulakan sambutan puasa dengan berpuasa sunat. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW
yang bermaksud:
"Janganlah kamu mendahului Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari sebelumnya, kecuali seseorang yang telah membiasakan diri berpuasa sunat, maka ia dibolehkan berpuasa." - HR Tujuh Ahli Hadith
Puasa Ramadhan tidak boleh dimulakan dengan berpuasa sunat atas alasan ingin menyambut ketibaan Ramadhan. Namun, jika seseorang individu itu telah biasa dan memang mengamalkan berpuasa sunat di dalam hidupnya, maka individu ini tidak
ditegah untuk berpuasa sunat walaupun puasa sunat yang dilakukannya adalah pada sehari atau dua hari sebelum kedatangan Ramadhan. Malahan, hal seperti ini dibolehkan di dalam Islam. Misalnya, jika seseorang itu telah biasa berpuasa sunat pada setiap hari Isnin dan Ramadhan pada tahun itu jatuh pada hari Selasa, maka individu itu dibolehkan meneruskan puasa sunatnya sebagaimana lazimnya.
Namun jika individu itu sengaja melakukan puasa sunat sedangkan itu bukanlah kebiasaan amalannya, maka puasa seperti ini adalah diharamkan kerana ia dikatakan sebagai mendahului ibadat puasa Ramadhan. Walaupun ada segolongan individu yang berpendapat puasa seperti ini sebagai satu penghormatan untuk menyambut ketibaan Ramadhan tetapi Rasulullah SAW sendiri menidakkan dalil yang sebegini dan menegah sama sekali amalannya.
Terdapat segelintir golongan bukan Islam yang berpendapat ibadat puasa ini tidak lain daripada meletih dan menyeksakan lantaran pantang larang yang perlu dipatuhi, namun pendapat-pendapat sebegini mula terhakis berikutan penemuan dan kajian yang dijalankan menunjukkan bahawa puasa adalah satu amalan yang baik bagi menjamin tahap kesihatan mental dan fizikal secara keseluruhannya.
Di samping menerangkan kepada mereka tentang konsep sebenar ibadat dalam Islam, kita sentiasa digalakkan untuk memperbaiki dan menambah amalan dari semada ke semasa terutamanya di dalam bulan Ramadhan ini. Ibadat utama dalam Ramadhan ialah untuk mengerjakan puasa.
"Barangsiapa tidak membulatkan niatnya berpuasa sebelum fajar (subuh), maka tidak ada puasa baginya." - HR Ahmad & Ashabus Sunan
Awal puasa ialah berniat untuk mengerjakan ibadat tersebut.
Niat puasa terbahagi kepada dua iaitu:
Berniat setiap malam sebelum datangnya waktu Subuh - seseorang yang berkeinginan untuk berpuasa, wajib menyatakan niatnya; Berniat pada awal bulan Ramadhan sebelum datangnya waktu Subuh - seseorang yang ingin berpuasa pada bulan tersebut, wajib menyatakan niatnya untuk berpuasa selama satu bulan Ramadhan.
Kedua-dua pengertian ini boleh diterima pakai, namun bagi mendidik anak-anak kecil berlatih berpuasa, lebih wajar jika kaedah yang pertama ini diterapkan kepada mereka. Manakala kaedah yang kedua pula lebih mudah dan meringankan Seseorang yang akan mengerjakan ibadat puasa selama sebulan Ramadhan, memadai jika menyatakan niat puasanya sekali pada malam pertama Ramadhan. Jika niatnya dinyatakan setiap malam, maka hal ini dikategorikan sebagai sunat dan tidak mendatangkan sebarang kemudaratan.
Selamat Berpuasa dan Wassalam.
********************************************************
SIRI 2 : KELEBIHAN SAHUR & TAMAR
“Sahurlah kamu kerana dalam sahur itu ada berkat.” -HR Bukhari dan Muslim
Ibadat puasa adalah satu perkara yang dituntut dan diwajibkan ke atas semua umat Islam yang telah cukup umur dan berkemampuan. Dalam mengerjakan ibadat puasa, sahur adalah satu amalan sunat yang digalakkan kepada mereka yang berpuasa. Namun dalam era globalisasi yang sentiasa bergerak pantas ini, umat muslimin menjadikannya sebagai satu alasan untuk tidak bersahur. Mengantuk dan letih kerap dijadikan jawapan kepada keengganan bersahur walaupun ia telah dianjurkan oleh Rasulullah SAW kepada setiap yang berpuasa.
Umum begitu arif dengan kaum lain yang juga mengerjakan puasa, namun apakah yang membezakan amalan puasa kaum muslimin dengan mereka? Perbezaannya jelas terletak di dalam pengambilan makanan sahur yang mana mereka tidak bersahur. Ramai juga yang tidak menyedari bahawa pada waktu bersahur juga adalah waktu yang mustajab untuk berdoa dan Allah SWT tidak akan menghampakan doa mereka.
Bagi mereka yang bersahur Allah SWT akan memberi keuntungan yang berlipat kali ganda. Selain daripada memperolehi kekenyangan dan kekuatan untuk mengerjakan ibadat puasa pada sebelah siangnya, mereka juga akan memperolehi berkat yang diturunkan pada sepanjang hari mereka melaksanakan ibadat tersebut.
Ibnu Hajar dalam mengulas Sahih Bukhari telah menyenaraikan beberapa kelebihan puasa, yang antara lainnya ialah:
· Menuruti sunnah;
· Membezakan diri dengan Ahlul Kitab;
· Menambah kekuatan untuk beribadat;
· Meningkatkan keikhlasan dalam beribadat;
· Menghilangkan perasaan marah yang diakibatkan oleh kelaparan dan
· Mendapat peluang untuk mengingati Allah dengan berzikir dan berdoa.
Namun, kita tidak digalakkan untuk mengambil terlalu sedikit atau terlalu banyak makanan pada waktu sahur. Memadai dalam anggaran yang secukupnya bagi membantu untuk mengerjakan puasa pada keesokan harinya kerana pengambilan makanan yang terlalu banyak atau sikit pasti akan menimbulkan rasa kurang selesa. Sebaik-baik sahur yang dianjurkan ialah dengan memakan buah kurma atau tamar. Bersahur dengan memakan kurma adalah sebahagian daripada sunnah Nabi, justeru jika kita mengamalkannya, Allah SWT akan memberikan pahala sebagai ganjaran.
Abu Hurairah ra berkata, “Sabda Rasulullah SAW: Sebaik-baik makanan sahur bagi
orang mukmin adalah kurma.” -HR Ibnu Hibban & Baihaqi
Seandainya keletihan menimbulkan kesukaran untuk bersahur, Rasulullah SAW menganjurkan agar tetap mengambil sebiji kurma ataupun memadai dengan seteguk air untuk mengisi perut.
Waktu sahur yang paling afdhal ialah pada waktu menjelang Subuh, iaitu kira-kira 10 atau 15 minit sebelum bilal melaungkan azan Subuh. Rasulullah SAW juga pernah bersabda bahawa waktu bersahur itu adalah bersamaan dengan bacaan 50 ayat suci Al-Quran.
Selamat bersahur dan wassalam.
********************************************************
SIRI 3 : BERBUKA PUASA
"Manusia akan sentiasa berada dalam kebaikan selama ia menyegerakan dalam berbuka." -HR Bukhari Muslim
Tiada yang lebih dinantikan selama waktu berpuasa sepanjang siang melainkan waktu berbuka puasa. Apabila tiba Maghrib, maka muslimin yang berpuasa disunatkan agar menyegerakan berbuka lantaran ganjaran pahala yang lebih banyak daripada mereka yang menunda waktu berbuka.Rasulullah SAW juga menyeru umatnya agar tidak tergesa-gesa ketika berbuka puasa. Makanlah dengan sewajarnya namun janganlah pula sehingga habis waktu untuk menunaikan solat
Maghrib. Ini sejajar dengan sabda Baginda yang bermaksud:
"Apabila makanan telah dihidangkan, maka dahulukanlah makan daripada solat Maghrib dan janganlah kamu tergesa-gesa ketika makan makanan malam kamu." -HR Bukhari Muslim
Mendahului berbuka dengan memperbanyakkan doa adalah suatu yang dituntut kerana Allah SWT telah berjanji akan mengabulkan doa mereka yang berpuasa. Sebaiknya hendaklah doa yang meminta supaya diampunkan segala dosa yang pernah dilakukan pada masa lalu. Doa ini bukan sahaja dituntut ketika hendak berbuka puasa wajib tetapi juga ketika berpuasa sunat.
Terdapat beberapa doa pilihan yang boleh dijadikan pedoman ketika berbuka, iaitu:·
- "Allahumma laka shumtu wa 'alaa rizqika afthartu."
(Ya Allah, demi Engkau, aku puasa dan dengan rezeki-Mu aku berbuka)
- "Alhamdulillahiladzi a'aanani fashumtu wa razaqani fa afthartu."
(Segala puji bagi Allah, tuhan yang menolongku, sehingga aku (sanggup) berpuasa dan memberiku rezeki, sehingga aku (dapat) berbuka)
- "Allahumma laka shumnaa wa 'alaa rizqika aftharnaa, fa taqabbal minnaa innaka antas samiiul 'aliim."
(Ya Allah, demi Engkau kami berpuasa dan dengan rezeki-Mu kami berbuka, maka terimalah (puasa) dari kami. Sesungguhnya Engkau benar-benar Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui)
- "Allahumma inni as 'aluka bi rahmatikallati wasi'at kulla syai'in antaghfiralii."
(Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang luasnya meliputi segenap (makhluk) agar Engkau mengampuni diriku)
Walau bagaimanapun, menurut Imam Nawawi dalam Kitab Al-Azkar, doa-doa berbuka puasa tiada yang sahih. Rasulullah SAW bersabda bahawa setiap individu boleh berdoa apa sahaja sesuai dengan keinginan mereka. Namun sebagai manusia biasa, adakalanya doa yang dipanjatkan tidak dimakbulkan Allah SWT. Jika hal ini berlaku maka kita hendaklah mengkaji di mana kesilapan kita. Mungkin juga makanan atau minuman yang kita ambil datang daripada sumber yang tidak sah kerana salah satu syarat supaya doa kita dimakbulkan ialah sumber makanan kita haruslah daripada sumber yang halal.
Bukan sahaja dari segi makan minum harian, malah kita sepatutnya lebih teliti dalam melakukan dan memperkatakan apa jua perkara, termasuklah dalam urusan yang kita anggap sebagai kecil dan remeh-temeh. Masalah tidak akan timbul jika kita menyelesaikan perkara yang kecil terlebih dahulu sebelum
ianya menjadi lebih besar.
Selamat berbuka dan wassalam.
*******************************************************
SIRI 4 : LAILATUL QADAR
Bismillahirahmanirahhim.
Assalammualaikum wbt.
"…(iaitu) ada pada bulan Ramadhan. Kerana itu, hendaklah kamu mencarinya pada sepuluh hari terakhir. Kerana ia terdapat pada hari-hari ganjil, iaitu pada malam 21, atau malam 23, atau malam 25, atau malam 27, atau malam 29, atau malam terakhir." - HR Ahmad
Lailatul Qadar adalah satu malam istimewa yang dikurniakan kepada umat Muhammad SAW lantaran kebimbangan Baginda terhadap usia umatnya yang semakin pendek. Bagi mengatasi keraguan ini, maka Allah SWT menurunkan malam Lailatul Qadar yang membawa pahala seperti beribadat selama 83 tahun. Ini bagi menyamakan jarak masa umat terdahulu dengan umat Baginda pada hari ini dalam mengerja dan mendapatkan pahala beribadat.
Suatu masa Baginda hendak memberitahu kaumnya mengenai tarikh Lailatul Qadar yang tepat tetapi terjadi satu pergaduhan di antara dua orang muslim. Jelas Baginda, maka itu rahmat (tarikh Lailatul Qadar) telah diambil kembali. Sesungguhnya perbalahan kerapkali menyebabkan kita kehilangan nikmat dan rahmat. Justeru, Baginda menyarankan kepada kaum muslimin agar menghubungkan silaturrahim kerana ia adalah amalan yang lebih baik daripada solat, puasa dan sedekah. Silaturrahim juga akan meningkatkan iman di dalam sesuatu kaum.
Pada zaman Rasulullah SAW, ramai ulama dan sahabat menyambut Lailatul Qadar dengan tekun mengerjakan ibadat. Rasulullah SAW sendiri tidak pernah leka dalam hal ini walaupun Baginda telah dijanjikan tempat di sisi-Nya. Malahan Baginda khusyuk beribadat sehingga kakinya bengkak tanpa memikirkan kesakitan yang ditanggung.
Kita sebagai umatnya juga harus mengikuti contoh ini. Tidak sepatutnya kita memilih untuk mengikuti sunnah Baginda yang dirasakan mendatangkan faedah yang besar kepada kita sahaja kerana sememangnya semua sunnah Nabi memberi faedah. Namun, apabila memperkatakan hal ibadat, jarang sekali kita mahu mencontohinya. Bak kata pepatah tepuk dada, tanya selera.
Perbanyakkanlah amalan pada Malam Lailatul Qadar seperti membaca Al-Quran, bertasbih dan bertahmid. Dan ia sesungguhnya boleh ditemui jika kita dapat membezakan malam tersebut dengan malam-malam sebelumnya.
Rasulullah SAW telah menjelaskan di antara tanda-tanda Lailatul Qadar ialah:
· Malam yang sepi, tenang dan bercahaya;
· Tidak panas atau sejuk (sederhana) seolah bulan memancar terang;
· Tiada petir atau kilat sabung menyabung sehingga subuh;
· Pada paginya matahari akan timbul tanpa pancaran cahaya, seperti bulan mengambang
Tanda ini amat jarang ditemui, kecuali tanda terakhir yang pernah terjadi. Andai bertemu dengan malam ini, maka ucapkanlah doa berikut yang bermaksud:
"Ya Allah, sesungguhnya Engkaulah yang mengurniakan keampunan terhadap dosaku. Dikau suka mengampun, maka ampunilah daku."
Pada malam ini juga Jibrail a.s akan turun ke bumi dan mengarahkan setiap malaikat berkunjung, memberi salam dan berjabat tangan dengan mukmin yang sedang beribadat di rumah mereka. Namun malaikat-malaikat ini tidak akan mendatangi mana-mana rumah yang di dalamnya ada haiwan-haiwan peliharaan yang haram, penzina, juga rumah yang di dalamnya tergantung perhiasan atau gambar haiwan dan manusia. Justeru, awasilah perlakuan kita dan sentiasalah berusaha meningkatkan iman, terutamanya dalam Ramadhan ini.
Semoga bersua dengan Lailatul Qadar dan wassalam.
Laila Majnun
HIKAYAT ISLAM
Kisah Laila Majnun atau Qais dan Laila ialah cerita hikayat popular yang berkembang dalam tradisi islam. Isi ceritanya mirip kisah Romeo and Juliet atau Anthony and Cleopatra dalam karya William Shakespeare (1564-1616) yang mengaggungkan cinta dan kesetiaan. Dalam kisah Laila-Majnun, watak utamanya ialah Majnun (Qais) yang tergila-gila akan Laila, seorang wanita yang telah menjadi temannya sejak kecil. Qais begitu tergila-gila akan Laila, hingga sentiasa menyebut nama Laila dan menulis puisi cinta tentang kekasihnya itu. Qais juga sering berkelakuan aneh,misalnya memanggil setipa wanita yang ditemuinya dengan nama "Laila". Disebabkan tingkah laku yang aneh, beliau sering dipanggil 'orang gila' atau 'manun' oleh masyarakatnya.
Saturday, August 8, 2009
Siti Khadijah (Cahaya Hidayah)

SITI Khadijah merupakan seorang wanita yang berasal daripada suku kaum Asadiyah, iaitu satu keturunan Quraisy yang amat dihormati dan disegani.
Beliau dilahirkan pada tahun 68 sebelum hijrah iaitu 15 tahun sebelum tahun gajah, tahun kelahiran Nabi Muhammad s.a.w. Beliau diasuh dan dibesarkan oleh ibu bapanya dengan penuh kasih sayang serta diberikan tarbiah yang sempurna.
Pendidikan dan tunjuk ajar oleh ibu bapanya diterima dengan patuh dan taat, sehingga beliau tampil sebagai seorang wanita budiman dan berakhlak luhur serta tidak pernah bangga atau sombong dengan taraf kebangsawanannya. Kaumnya memanggil beliau dengan gelaran Al-Tahirah yang bermaksud perempuan suci.
Sebelum berkahwin dengan Rasulullah, beliau pernah berkahwin dua kali, tetapi kedua-dua suaminya telah meninggal dunia. Ketika berkahwin dengan baginda, umur beliau ialah 40 tahun, manakala umur baginda 25 tahun.
Walaupun berbeza usia 15 tahun, tetapi rumah tangga mereka penuh dengan kedamaian dan ketenteraman, aman bahagia dan tidak pernah berselisih faham terhadap sesuatu masalah.
Beliau juga merupakan Ummul Mukmin pertama yang mempunyai keistimewaan-keistimewaan yang tersendiri, berbeza dengan isteri-isteri baginda yang lain. Beliau bukan sahaja wanita yang jelitawan tetapi mempunyai harta kekayaan dan tergolong di antara orang-orang yang ternama di Mekah.
Beliau sangat pandai mentadbir perniagaannya sehingga berjaya sampai ke Yaman dan Syam. Beliau pernah menyerahkan urusan perniagaannya kepada baginda kerana percaya dengan kejujuran baginda. Sehinggalah sampai suatu ketika beliau jatuh cinta dengan kebaikan dan kelembutan Rasulullah, lalu menyatakan hasrat untuk mengahwini baginda.
Beliau hidup bersama Rasulullah selama 24 tahun. Sepanjang menjadi isteri baginda, beliau menjadi suri rumah tangga dan kekal menjadi satu-satunya isteri baginda sehinggalah beliau meninggal dunia. Beliau telah melahirkan enam orang anak sedangkan isteri-isteri baginda yang kemudian tidak seorangpun yang melahirkan anak sepertinya.
Beliau juga menanggung berbagai-bagai penderitaan bersama-sama Rasulullah dalam usaha berdakwah dan menyeru kepada Islam. Ketika dua orang anak lelakinya iaitu Kasim dan Abdullah meninggal dunia, beliau bersama dengan baginda berdukacita menangisi pemergian anak-anaknya itu.
Sudah menjadi kebiasaan Rasulullah untuk pergi ke Gua Hira kerana ingin bertafakur dan bermunajat kepada Allah seorang diri. Setiap kali baginda ke sana, baginda akan membawa sedikit bekalan yang disediakan oleh isterinya, Siti Khadijah. Apabila makanan sudah habis, baginda turun semula ke Mekah dan tawaf di Kaabah sebanyak tujuh pusingan, kemudian barulah kembali menemui isteri tercinta. Demikianlah yang dilakukan oleh Rasulullah, berulang alik dalam tempoh masa lebih kurang lima tahun di Gua Hira.
Sungguhpun demikian, Siti Khadijah tidak pernah berasa kecil hati terhadap Rasulullah. Malah, beliau berusaha agar baginda lebih memperoleh ketenangan dalam bermunajat kepada Allah. Oleh yang demikian, apabila Rasulullah pulang ke rumah, beliau tidak pernah bersungut apatah lagi bermasam muka. Beliau melayan suaminya dengan baik, penuh hormat dan kasih sayang.
Begitulah tanggungjawab sebagai seorang isteri yang taat dan setia kepada suami sehinggalah beliau meninggal dunia dalam usia 64 tahun dan enam bulan. Semenjak pemergian Siti Khadijah, Rasulullah sangat sedih dan murung kerana begitu terasa kehilangan seorang kawan, teman, isteri, pembantu dan pembela ketika baginda menjalankan seruan Allah.
PENGAJARAN
* Sebagai isteri yang solehah, si isteri hendaklah sentiasa menghormati, setia, taat dan patuh kepada suami kerana syurga seorang isteri terletak di bawah tapak kaki suami.
PERBENDAHARAAN KATA
tarbiah: pendidikan atau pengasuhan.
bermunajat: mendekati atau mendampingi Allah dengan cara berdoa, berzikir dan lain-lain.
tawaf: mengelilingi Kaabah.
INFORMASI
* Nama penuh Siti Khadijah iaitu Siti Khadijah binti Khuwalid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai, yang tergolong daripada golongan bangsawan dan ternama di Mekah.
Kisah Rabiatul Adawiyah 3
agung dalam Islam. Beliau terkenal dengan sifat wara'
dan sentiasa menjadi rujukan golongan cerdik pandai
kerana beliau tidak pernah kehabisan hujjah.
Ikutilah antara kisah-kisah teladan tentang beliau..
KISAH 3 :
Suatu hari, Rabi'atul Adawiyah terlihat seseorang
sedang berjalan-jalan dengan kepalanya berbalut sambil menagih simpati daripada orang ramai. Kerana ingin tahu sebabnya orang itu berbuat demikian, Rabi'atul Adawiyah bertanya, "Wahai hamba Allah! Mengapa engkau membalut kepalamu sebegini rupa?"
"Kepalaku sakit." Jawab orang itu dengan ringkas.
"Sudah berapa lama?" Tanya Rabi'atul Adawiyah lagi.
"Sudah sekian hari." Jawabnya dengan tenang.
Lantas Rabi'atul Adawiyah bertanya lagi,"Berapa
usiamu sekarang?"
Orang itu menjawab,"Sudah 30 tahun"
"Bagaimana keadaanmu selama 30 tahun itu?" Tanya
beliau lagi.
"Alhamdulillah, sihat-sihat saja." Jawabnya.
"Apakah kamu memasang sebarang tanda di badanmu
bahawa kamu sihat selama ini?" Tanya Rabi'atul
Adawiyah.
"Tidak." Jawab orang itu ragu-ragu.
"Masya Allah, selama 30 tahun Allah telah menyihatkan
tubuh badanmu, tetapi kamu langsung tidak memasang
sebarang tanda bagi menunjukkan kamu sihat sebagai
tanda bersyukur kepada Allah. Jika sebaliknya, pasti
manusia akan bertanya kepada kamu sebabnya kamu sangat gembira. Apabila mereka mengetahui nikmat Allah kepadamu, diharapkan mereka akan bersyukur dan memuji Allah." Jelas Rabi'atul Adawiyah.
"Akan tetapi, kini apabila kamu mendapat sakit
sedikit, kamu balut kepalamu dan kemudian pergi ke
sana sini bagi menunjukkan sakitmu dan kekasaran Allah terhadapmu kepada orang ramai, Mengapa kamu berbuat hina seperti itu?" Sambung Rabi'atul Adawiyah lagi.
Orang yang berbalut kepalanya itu hanya diam seribu
bahasa dan tertunduk malu denga perlakuannya. Kemudian dia beredar meninggalkan Rabi'atul Adawiyah dengan perasaan kesal dan insaf.
Kisah Rabiatul Adawiyah 2
agung dalam Islam. Beliau terkenal dengan sifat wara'
dan sentiasa menjadi rujukan golongan cerdik pandai
kerana beliau tidak pernah kehabisan hujjah.
Ikutilah antara kisah-kisah teladan tentang beliau..
KISAH 2 :
Pada suatu hari, sekumpulan golongan cerdik pandai
telah datang ke rumah Rabi'atul Adawiyah. Tujuan
mereka tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menguji
beliau dengan pelbagai persoalan. Malah mereka telah
bersedia dengan satu persoalan yang menarik. Mereka
menaruh keyakinan yang tinggi, kerana selama ini
Rabi'atul Adawiyah tidak pernah ketandusan hujah.
"Wahai Rabi'atul Adawiyah, semua bentuk kebajikan
yang tinggi-tinggi telah dianugerahkan oleh Allah
kepada kaum lelaki, namun tidak kepada kaum wanita."
Ketua rombongan itu memulakan bicara.
"Buktinya?" Balas Rabi'atul Adawiyah.
"Buktinya ialah, mahkota kenabian dan Rasul telah
dianugerahkan kepada kaum lelaki.Malah mahkota
kebangsawanan juga dikurniakan kepada kaum lelaki.
Paling penting, tidak ada seorang wanita pun yang
telah diangkat menjadi Nabi atau Rasul, malah semuanya dari golongan lelaki." Jawab mereka pula dengan yakin.
"Memang betul pendapat tuan-tuan sekalian. Akan
tetapi harus diingat bahawa sejahat-jahat pangkat ada
pada kaum lelaki juga. Siapa yang mengagung-agungkan diri sendiri? Siapa yang begitu berani mendakwa dirinya sebagai Tuhan? Dan siapa pula yang berkata :
"Bukankah aku ni tuhanmu yang mulia?" Dengan tenang, Rabi'atul Adawiyah membalas hujah mereka sambil merujuk kepada Firaun dan Namrud.
Kemudian Rabi'atul Adawiyah menambah lagi, "Anggapan dan ucapan seperti itu tidak pernah keluar dari mulut seorang wanita. Malah semuanya ditimpakan kepada kaum lelaki."
Kisah Rabiatul Adawiyah 1

Rabi'atul Adawiyah merupakan salah seorang srikandi
agung dalam Islam. Beliau terkenal dengan sifat wara'
dan sentiasa menjadi rujukan golongan cerdik pandai
kerana beliau tidak pernah kehabisan hujjah.
Ikutilah antara kisah-kisah teladan tentang beliau..
KISAH 1:
Suatu malam yang sunyi sepi, di kala masyarakat sedang khusyuk tidur, seorang pencuri telah menceroboh masuk ke dalam pondok Rabi'atul Adawiyah. Namun setelah menyelongkar sekeliling berkali-kali, dia tidak menemui sebarang benda berharga kecuali sebuah kendi untuk kegunaan berwuduk, itupun telah buruk. Lantas si
pencuri tergesa-gesa untuk keluar dari pondok
tersebut.
Tiba-tiba Rabi'atul Adawiyah menegur si pencuri
tersebut, "Hei, jangan keluar sebelum kamu mengambil
sesuatu dari rumahku ini."
Si pencuri tersebut terperanjat kerana dia menyangka
tiada penghuni di pondok tersebut. Dia juga berasa
hairan kerana baru kini dia menemui tuan rumah yang
begitu baik hati seperti Rabi'tul Adawiyah.
Kebiasaannya tuan rumah pasti akan menjerit meminta
tolong apabila ada pencuri memasuki rumahnya, namun
lain pula yang berlaku.
"Sila ambil sesuatu." kata Rabiatul Adawiyah lagi
kepada pencuri tersebut.
"Tiada apa-apa yang boleh aku ambil daripada rumah mu
ini." kata si pencuri berterus-terang.
"Ambillah itu!" kata Rabi'atul Adawiyah sambil
menunjuk pada kendi yang buruk tadi.
"Ini hanyalah sebuah kendi buruk yang tidak berharga."
Jawab si pencuri.
"Ambil kendi itu dan bawa ke bilik air. Kemudian kamu
ambil wudhu' menggunakan kendi itu. Selepas itu
solatlah 2 rakaat. Dengan demikian, engkau telah
mengambil sesuatu yang sangat berharga daripada pondok
burukku ini." Balas Rabi'tul Adawiyah.
Mendengar kata-kata itu, si pencuri tadi berasa
gementar. Hatinya yang selama ini keras, menjadi
lembut seperti terpukau dengan kata-kata Rabi'tul
Adawiyah itu. Lantas si pencuri mencapai kendi buruk
itu dan dibawa ke bilik air, lalu berwudhu'
menggunakannya.. Kemudian dia menunaikan solat 2
rakaat. Ternyata dia merasakan suatu kemanisan dan
kelazatan dalam jiwanya yang tak pernah dirasa sebelum
ini.
Rabi'atul Adawiyah lantas berdoa, "Ya Allah, pencuri
ini telah menceroboh masuk ke rumahku. Akan tetapi dia
tidak menemui sebarang benda berharga untuk dicuri.
Kemudian aku suruh dia berdiri dihadapan-Mu. Oleh itu
janganlah Engkau halang dia daripada memperolehi
nikmat dan rahmat-Mu."
Sejarah Sumaiyah binti Khabbab

Sumaiyah binti Khabbab merupakan hamba kepada Abu Huzaifah bin Al-Mughirah iaitu seorang pembesar Quraisy dan telah menetap bersama Abu Huzaifah sedari kecil lagi memandangkan beliau seorang anak yatim piatu. Perwatakan beliau yang baik dan taat kepada perintah tuannya sememangnya menjadikan beliau cukup disegani walaupun taraf beliau hanya sebagai seorang hamba yang berkulit hitam. Beliau juga ditakdirkan berkahwin dengan Yasir yang juga bekerja dengan Abu Huzaifah. Hasil perkahwinan itu mereka dikurniakan seorang anak lelaki yang bernama Ammar. Sumayyah sekeluarga merupakan antara individu yang terawal memeluk agama Islam yang dibawa oleh junjungan besar, Nabi Muhamad s.a.w di Mekah.
Kisah beliau yang masih dikenang adalah saat beliau sekeluarga ditangkap oleh Abu Jahal dan kuncu-kuncunya. Dengan ketabahan hati Sumayyah sekeluarga serta taat setianya mereka kepada Islam, mereka tidak gentar dengan seksaan-seksaan yang dilakukan oleh Abu Jahal dan kuncu-kuncunya. Nabi Muhammad yang melihat kejadian tersebut juga tidak mampu berbuat apa-apa. Baginda hanya mampu bersabda, “Bersabarlah keluarga Yasir. Sesungguhnya kamu semua dijanjikan syurga.” Dalil ini menunjukkan jaminan Rasulullah kepada mereka sekeluarga sebagai penghuni Syurga Jannatun Naim. Akhirnya dengan balingan lembing oleh Abu Jahal, mereka sekeluarga gugur syahid dan Sumayyah merupakan wanita pertama Islam yang gugur syahid.
Sumbangan Sumaiyah amat bermakna dalam mempertahankan kesucian akidah Islam. Antaranya: Pertama, berani menyatakan yang hak. Kedua, Sanggup mempertaruhkan nyawa kerana mempertahankan kesucian akidah. Ketiga, memberi imej yang baik kepada umat Islam dalam soal mempertahankan agama Islam. Keempat, memperteguh keyakinan dan keazaman penganut Islam yang lain untuk meneruskan perjuangan.
Seksaan terhadap Sumaiyah sekeluarga:
*
Kaki dan tangan mereka diikat dan diheret ke tengah padang pasir yang panas terik
*
Rumah mereka dibakar
*
Dicucuk dengan besi panas
*
Ditikam dengan lembing
*
Dicungkil biji mata
*
Dibenam ke dalam air
Sumaiyah (Hati Seorang Mujahidah) by Hijjaz
Dalam diri selembut sutera
Kau memiliki iman yang teguh
Kau nyalakan obor agama dirimu bak lentera
dibelengu jahiliah kau tempuh dengan berani
Walau pun jasadmu milik tuan
Tetapi hatimu milik Tuhan
Padang pasir menjadi saksi
ketabahan keluarga itu
Tika suami dan anak dibaring mengadap mentari
Disuruh memilih iman atau kekufuran
Samar jahiliah atau sinaran akidah
Sabarlah keluarga Yasir
Bagimu syurga disana
Dan kau pun tega memilih syurga
Walau terpaksa mengorban nyawa
Lalu tombak yang tajam menikam
jasadmu yang tiada bermaya
Namun iman didadamu sedikit tidak berubah
Darahmu menjadi sumbu pelita iman
Sumaiyah kaulah lambang wanita solehah
Tangan yang disangka lembut
menghayun buaian
Mengoncang dunia mencipta sejarah
Sumaiyah kau dibunuh didunia sementara
Untuk hidup disyurga yang selama-lamanya
Kaulah wanita terbaik, sebaik manusia
Namamu tetap menjadi sejarah